Rabu, 01 Desember 2010

KOMUNIKASI EFEKTIF

Komunikasi

Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa latin communico yang artinya membagi. Berarti membagi gagasan, ide atau pikiran antara seseorang dengan yang lain. Dalam definisi kontemporer, komunikasi merujuk pada cara berbagi pikiran, makna, pesan dianut secara sama. Sedangkan dalam makna lain, komunikasi yang dalam bahasa Inggris communication dan dalam bahasa Belanda communicate, berasal dari bahasa latin communication berasal dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini bearti sama dalam makna.

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.

Psikologi behaviorial adalah aliran dalam disiplin ilmu psikologi yang banyak mempengaruhi lahirnya ilmu komunikasi. Dengan demikian, para ahli behaviorial memahami komunikasi dengan enam pengertian, seperti termuat dalam kamus psikologi, Dictionary of Behaviorial Science, Komunikasi adalah :
1)      Penyampaian perubahan energi dari suatu tempat ke tempat yang lain seperti dalam system saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara,
2)      Penyampaian atau peneriamaan sinyal atau pesan oleh organisme,
3)      Pesan yang disampaikan,
4)      Teori komunikasi, proses yang dilakukan satu system untuk mempengaruhi system yang lain melalui pengaturan sinyal-sinyal yang disampaikan,
5)      (K.Lewin), pengaruh satu wilayah persona pada wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perybahan yang berkaitan pada wilayah lain,
6)      Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi.
Beberapa definisi komunikasi menurut para ahli :
Ø  Bernard Berelson dan Gary A. Steiner, “Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya. Dengan menggunakan symbol-simbol, kata-kata, gambar, dll.”
Ø  Raymond S. Ross, “Komunikasi (intensional) adalah suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan symbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator.”
Ø  Carl I. Hovland, “Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan).”
Ø   Haorld Lasswell, “(Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In Which To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Dampak Bagaimana?”
Ø  Everett M. Rogers, “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dilihkan dari sumber kepada penerima dengan niat untuk mengubah tingkah laku mereka.

Unsur komunikasi

Unsur komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Menurut Laswell unsur-unsur komunikasi adalah:
·         Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.
·         Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.
·         Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.
·         Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain
·         Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya.

Proses komunikasi

Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut.
1.      Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud.
2.      Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik secara langsung maupun tidak langsung.
3.      Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti kedua pihak.
4.      Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim.
Komunikasi Efektif

Setiap melakukan komunikasi, tujuan yang kita harapkan adalah diterimanya pesan yang kita sampaikan oleh komunikan. Karena saat seorang komunikator mengirimkan pesan kepada komunikan apapun itu pasti ingin berhasil, sehingga terjadi kepuasan di antara keduanya. Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari sangat beragam sesuai dengan kebutuhan masing-masing pelaku komunikasi. Dengan menggunakan cara yang bervariasi kita sering melakukan komunikasi, baik itu disengaja ataupun tidak.
Komunikator harus tahu khalayak mana yang dijadikannya sasaran dan tanggapan apa yang diinginkannya. Ia harus terampil dalam menyandi pesan dengan memperhitungkan bagaimana komunikan sasaran biasanya mengawasandi. Komunikator harus mengirimkan pesan melalui media yang efisien dalam mencapai khalayak komunikan sasaran. Wilbur Schramm melihat pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh komunikan. Semakin tumpang tindih bidang pengalaman (field of experience) antara komunikator dengan komunikan, akan semakin efektif pesan yang dikomunikasikan. Komunikator akan dapat menyandi dan komunikan akan dapat mengawasandi hanya dalam istilah-istilah pengalaman yang dimiliki masing-masing. Memang ini beban bagi komunikator dari strata sosial yang satu yang ingin berkomunikasi secara efektif dengan komunikan dari strata sosial yang lain.
Akan tetapi, dalam teori komunikasi dikenal istilah empathy, yang berarti kemampuan memproyeksikan diri kepada peranan orang lain. Jadi, meskipun antara komunikator dan komunikan terdapat perbedaan dalam kedudukan, jenis pekerjaan, agama, suku, bangsa, tingkat pendidikan, ideology, dan lain-lain, jika komunikator bersikap empatik, komunikasi tidak akan gagal.     
Apabila dikaji secara mendalam tentang ilmu komunikasi, terutama mengenai komunikasi efektif, maka kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh para komunikator akan lebih berdampak positif terhadap sasaran atau komunikan. Untuk dapat memahami dan melakukan kegiatan berkomunikasi dengan lebih efektif kita harus senantiasa mengamatai segala sesuatu yang dapat menjadikan komunikasi kita efektif, sehingga tujuan komunikasi yang kita lakukan dapat tercapai dengan paripurna.
Pada saat kita melakukan komunikasi, kita banyak menggunakan cara penyampaian pesan yang sangat beragam, terkadang kita melakukan komunikasi verbal juga terkadang komunikasi nonverbal. Keduanya pasti tidak dapat kita hindari pada saat kita melakukan komunikasi.
Setiap perilaku dapat menjadi komunikasi bila kita memberi makna terhadap perilaku orang lain atu perilaku kita sendiri. Setiap orang akan sulit untuk tidak berkomunikasi karena setiap perilaku berpotensi untuk menjadi komunikasi untuk ditafsirkan.
Pada saat seseorang tersenyum maka itu dapat ditafsirkan sebagai suatu kebahagiaan, ketika orang itu cemberut maka dapat ditafsirkan bahwa ia sedang ngambek. Ketika seseorang diam dalam sebuah dialog itu bisa diartikan setuju, malu, segan, marah, atau bahkan malas atau bodoh. Diam bisa diartikan setuju seperti perlakuan Rasulullah saw. yaitu ketika ada seorang sahabat yang menggosaok giginya ketika berwudhu, ini menunjukkan bahwa beliau setuju dengan perlakuan sahabat tadi namun tidak dengan penegasan. Secara implisit semua perlakuan manusia dapat memiliki makna yang akhirnya bernilai komunikasi.
Dalam kehidupan kita seringkali mengeluarkan bahasa verbal tanpa disengaja, terlebih bahasa nonverbal. Anda boleh untuk mempersiapkan naskah pidato anda selama mungkin dan sebagus mungkin, tapi pada saatnya tanpa anda sadarai sakap anda ketika anda berpidato akan menjatuhkan kualitas naskah pidato yang telah anda persiapkan sebaik mungkin. Terkadang sebagian orang ingin menampakkan komunikasi yang disengaja seolah tidak segaja dilakukan.
Komunikasi yang dilakukan seringkali harus disesuaikan dengan konteks ruang dan waktu, betapa tidak jika hal itu tidak kita lakukan maka komunikasi kita akan sangat tidak dihargai. Lelucon yang kita ucapkan di jalan atau di rumah akan tidak cocok pada saat kita mengucapkannya di masjid. Tertawa terbahak-bahak pada saat melawat orang yang meninggal dunia maka itu berarti kita sama sekali tidak menghargai keluarga yang saat itu sedang dalam keadaan sedih bahkan kita akan dsebut sebagai orang yang tidak beradab.
Secara psikologis, setiap orang menunjukkan sifat dan karakternya saat ia melakukan komunikasi. Sehingga hal ini dapat dimanfaatkan untuk mempelajari komunikan yang dihadapi bagi seorang komunikator dengan lebih detil dan mendalam. Orang yang memiliki tatapan yang tajam, biasanya ia memiliki tingkat ketertarikan yang besar terhadap segala sesuatu. Orang yang tidak memperhatikan dengan seksama pembicaraan dari pembicara boleh jadi ia adalah orang yang memang sulit tertarik terhadap sesuatu sehingga dibutuhkan strategi yang jitu untuk membuatnya lebih memperhatikan pembicaraan kita.
Hubungan  timbal balik dan saling mempengaruhi antara gejala yang satu dengan gejala yang lainnya selalu berlangsung di masyarakat. Hubungan antar gejala tersebut menggunakan symbol-simbol pesan, baik verbal (kata-kata), maupun nonverbal (isyarat, gerak, gambar, dll). Simbol-simbol itu ketika disampaikan oleh seseorang kepada orang lain senantiasa memiliki makna dan tujuan yang jelas. Begitu pula proses penerimaan pesan yang merupakan proses pemaknaan symbol-simbol tersebut.

Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal. Simbol verbal bahasa merupakan pencapaian manusia yang paling impresif. Ada aturan-aturan yang ada untuk setiap bahasa yaitu fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatis. Pada saat kita berbicara dengan sispa pun, itu berarti kita sedang melakukan komunikasi verbal.
Komunikasi ini dapat berupa ucapan langsung dari komunikator (oral) juga berupa pesan yang dikomunikasikan lewat tulisan oleh komunikator. Komunikan dapat mendengar langsung pesan yang disampaikan dan juga dapat membaca pesan yang disampaikan oleh seorang komunikator dalam komunikasi verbal ini.

Komunikasi Non-verbal

Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.
Para ahli di bidang komunikasi nonverbal, dengan melakukan penelitian yang mendalam melalui acara-acara sosial, acara televisi, di kantor, di pantai atau di mana saja orang berinteraksi. Mereka merupakan pelajar perilaku yang ingin mengetahui tentang tingkah laku sesamanya sehingga pada akhirnya ia bisa belajar lebih banyak tentang dirinya dan bagaimana ia dapat memperbaiki hubungannya dengan orang lain.
Komunikasi non verbal baru diteliti dengan aktif mulai tahun 1960-an dan bahwa masyarakat baru mengetahui kehadirannya sejak Julius Fast menerbitkan buku tentang bahasa tubuh di tahun 1970. Sebagian besar peneliti sepakat bahwa saluran komunikasi verbal digunakan untuk memberikan informasi, sementara komunikasi non-verbal digunakan untuk merundingkan sikap antar pribadi, dan dalam beberapa kasus digunakan sebagai pengganti pesan verbal.
Tanpa memperhatikan kebudayaan, kata-kata dan gerakan yang terjadi bersamaan dengan tindakan yang sudah dapat diduga itu, Birdwhistell mengatakan bahwa seseorang yang terlatih bisa mengetahui gerakan apa yang tengah dilakukan oleh seseorang hanya dengan mendengarkan suaranya. Selain itu, ia bisa mengetahui bahasa apa yang digunakan oleh seseorang hanya dengan melihat gerakan tangannya.
Pada saat seseorang berkomunikasi, maka kita harus memperhatikan orang yang menjadi objek komunikasi kita. Sehingga dalam berkomunikasi kita terikat dengan aturan dan tata karma. Artinya kita harus berstrategi agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh objek komunikasi kita sesuai dengan harapan kita. Pada prinsipnya komunikasi pasti dilakukan dua arah, ada yang menjadi pembicara yang melakukan komunikasi verbal dan nonverbal dan ada yang menjadi pendengar yang berkomunikasi dengan nonverbal. Sehingga seorang komunikator harus sangat memahami karakteristik komunikai yang menjadi sasaran pengiriman pesan yang dilakukannya.
Dalam berkomunikasi, biasanya kesadaran kita akan lebih pada saat-saat yang khusus, seperti kita diuji dengan ujian lisan oleh dosen kita atau ketika anda berdialog dengan orang asing dengan bahasa asing dibandingkan dengan ketika anda bercanda dengan teman atau kerabat kita di rumah. Pada saat seseorang tersenyum maka itu dapat ditafsirkan sebagai suatu kebahagiaan, ketika orang itu cemberut maka dapat ditafsirkan bahwa ia sedang ngambek. Ketika seseorang diam dalam sebuah dialog itu bisa diartikan setuju, malu, segan, marah, atau bahkan malas atau bodoh. Diam bisa diartikan setuju seperti perlakuan Rasulullah saw. yaitu ketika ada seorang sahabat yang menggosaok giginya ketika berwudhu, ini menunjukkan bahwa beliau setuju dengan perlakuan sahabat tadi namun tidak dengan penegasan. Secara implisit semua perlakuan manusia dapat memiliki makna yang akhirnya bernilai komunikasi.

Jenis-jenis komunikasi nonverbal

Komunikasi objek


Komunikasi objek yang paling umum adalah penggunaan pakaian. Orang sering dinilai dari jenis pakaian yang digunakannya, walaupun ini dianggap termasuk salah satu bentuk stereotipe. Misalnya orang sering lebih menyukai orang lain yang cara berpakaiannya menarik. Selain itu, dalam wawancara pekerjaan seseorang yang berpakaian cenderung lebih mudah mendapat pekerjaan daripada yang tidak. Contoh lain dari penggunaan komunikasi objek adalah seragam.

Sentuhan


Haptik adalah bidang yang mempelajari sentuhan sebagai komunikasi nonverbal. Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan, berciuman, sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain. Masing-masing bentuk komunikasi ini menyampaikan pesan tentang tujuan atau perasaan dari sang penyentuh. Sentuhan juga dapat menyebabkan suatu perasaan pada sang penerima sentuhan, baik positif ataupun negatif.

Kronemik

Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktifitas yang dianggap patut dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).

Gerakan tubuh

Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frase, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya; untuk mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan, misalnya memukul meja untuk menunjukkan kemarahan; untuk mengatur atau menngendalikan jalannya percakapan; atau untuk melepaskan ketegangan.

Vokalik

Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara. Ilmu yang mempelajari hal ini disebut paralinguistik. Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain. Selain itu, penggunaan suara-suara pengisi seperti "mm", "e", "o", "um", saat berbicara juga tergolong unsur vokalik, dan dalam komunikasi yang baik hal-hal seperti ini harus dihindari.

Lingkungan

Lingkungan juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu. Diantaranya adalah penggunaan ruang, jarak, temperatur, penerangan, dan warna.
Dalam buku Bahasa Tubuh karya Alan Pease yang memeberikan jawaban atas pertanyaan bagaimana membaca pikiran seseorang melalui gerak isyarat. Bahasa non-verbal dijelaskan dengan begitu jelas, lengkap dengan visualisasi gambar yang lebih memudahkan kita memahami isi buku ini.
Dalam tataran komunikasi nonverbal, Alan Pease mengamati dengan seksama perilaku dari manusia di setiap interaksinya satu sama lain. Setiap gerakan tubuh kita ternyata memeng bias berarti sesuatu, dan hal ini bias kita pelajari untuk mencapai suatu komunikasi yang efektif. Gerak isyarat telapak tangan, gerak isyarat tangan dan lengan, gerak isyarat tangan ke wajah, lengan sebagai penghalang, tungkai sebagai penghalang, gerak isyarat dan tindakan lain yang popular, isyarat mata, gerak isyarat dan isyarat menc umbu, cerutu, sigaret, pipa, dan gelas, gerak isyarat territorial dan pemilikan, gerak meniru dan bayangan cermin, merendahkan tubuh dan status, penunjuk, penataan meja tulis, meja dan tempat duduk, permainan kekuasaan, dan menggabungkan keseluruhannya, adalah bahasa-bahasa tubuh yang telah diamati dengan seksama oleh penulus buku yang tidak terbit kembali ini. 
Penulis akan mencoba memaparkan bahasa tubuh dalam bagian keempat dari buku Bahasa Tubuh karya Alan Pease ini, yakni Gerak isyarat tangan dan lengan. Di antara gerakan kita dalam bekomunikasi, tangan dan lengan kita adalah salah satu bagian tubuh kita yang sering digunakan untuk menyandi suatu pesan.
Menggosok Telapak Tangan, ini merupakan cara berkomunikasi secara non-verbal untuk menyatakan pengharapan positif terhadap sesuatu. Seperti pada saat kita merencanakan untuk pergi berlibur ke seatu tempat yang sangat menarik, tiba-tiba ada teman kita yang menyandarkan punggungnya, kemudian tersenyum lebar sambil menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya sambil berseru, “Aku sudah taksabar untuk segera berangkat!” secara non-verbal ia mengharapkan agar rencana itu benar-benar terjadi. Pada saat pelayan mendatangi anda kembali denga menggosok-gosok tangannya dan berkata, “Tambah lagi tuan?” itu berarti ia mengharapkan tip dari anda. Atau saat anda hendak membeli suatu barang, kemudian penjual menggosok-gosok tangannya dengan cepat, itu berarti ia akan memberikan produk yang ia harapkan akan memuaskan anda sebagai pembeli. Sedangkan saat penjual menggosok-gosok tangannya dengan perlahan, itu berarti ia akan licik dan berdelit dan akan memberi anda perasaan bahwa hasilnya nanti akan menguntungkan dirinya dan bukan anda.
Menggosok Jempol dan Jari, ini biasanya dilakukan untuk gerak isyarat mengharapkan uang. Ini biasanya dilakukan oleh orang yang hendak meminjam uang kepada kawannya. Gerak isyarat ini harus dihindari oleh seorang professional ketika menghadapi klien.
Menjalin Jari-Jari Tangan, pada mulanya gerak isyarat ini memiliki makna penuh rasa percaya diri karena seringkali orang menggunakannya sambil tersenyum dan tampak bahagia. Tetapi pada kesempatan tertentu, kita melihat seorang pedagang menceritakan kegagalan penjualannya. Semakin panjang ia bercerita semaki erat jalinan antar jarinya, sehingga gerak isyarat itu menunjukkan sikap yang dilandasi oleh rasa frustasi dan kebencian.
Selanjutnya kita akan bahas menganai gerak isyarat tangan ke wajah, ini pun sering kita lakukan saat kita berkomunikasi dengan orang lain.
Menggaruk Leher, dalam hal ini, telunjuk tangan yang digunakan untuk menulus menggaruk bawah cuping telinga atau mungkin menggaruk samping leher. Ini menunjukkan satu hal yang menarik, orang tersebut akan menggaruk sekitar lima kali. Ini merupakan pertanda keraguan dan ketidakpastian dan adalah cirri khas orang yang berkata, “Aku tidak pasti apakah aku setuju?”
Memasukkan Jari ke dalam Mulut, ini menandakan seseoyang yang sedang berada bawah tekanan. Gerakan ini merupakan gerakan yang tidak disadari untuk memperoleh kembali rasa aman seorang bayi yang menyusu pada ibunya. Seorang anak kecil menggantikan hal ini dengan megisap jempol, dan sebagai anak dewasa, ia tidak hanya memasukkan jarinya, tetapi juga memasukkan benda-benda seperti rokok, pipa rokok, pena, dan sebagainya.
Seorang komunikator harus mempelajari bahasa tubuh manusia, agar ia tidak salah menafsirkan gerak-gerak isyarat yang dilakukan oleh komunikan yang sangat heterogen. Kesalahan menafsirkan suatu gerak isyarat akan berakibat fatal bagi pelaku komunikasi, karena akan menimbulkan persepsi dan tindakan yang keliru dalam menyikapinya.

Kesimpulan
Untuk menjadi seorang komunikator yang handal, hendaknya kita mempelajari komunikasi secara komprehensif dan mendalam. Termasuk mempelajari bahasa-bahasa yang digunakan orang untuk berkomunikasi, termasuk di dalamnya bahasa verbal dan bahasa non-verbal yang keduanya saling melengkapi. Semoga komunikasi yang kita lakukan kian hari kian efektif agar tujuan komunikasi dapat tercapai.







DAFTAR PUSTAKA


Saefullah, Ujang. Kapita Selekta KomunikasiPendekatan Budaya dan Agama. Bandung. Simbiosa Rekatama Media. 2007.

Pease, Alan. Bahasa Tubuh Bagaimana Membaca Pikiran Seseorang Melalui Gerak Isyarat. Jakarta. Penerbit Arcan. Cet. XI. 1996.

Wikipedia Indonesia. Komunikasi. Diakses tanggal 14 Mei 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar